🌜 Makalah Zat Gizi Makro Dan Mikro Pdf
sekundertersebut penulis tertarik untuk mengetahui analisis hubungan asupan energi dan zat gizi makro ibu hamil dengan berat badan lahir bayi. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan asupan energi dan zat gizi makro ibu hamil yang mendapatkan suplementasi dadih
Peranvitamin dan mineral sebagai D efinisi zat gizi mikro adalah vitamin dan antioksidan inilah yang membuat vitamin dan mineral. Walaupun vitamin diperlukan mineral mampu memperkuat sistem daya tubuh dalam jumlah kecil namun tahan tubuh manusia (sistem imun).1 mempunyai peranan yang penting.
PTTGIZI MAKRO DAN MIKRO S1 KEPERAWATAN UPNVJ by akbar4ridho-587365. PTT GIZI MAKRO DAN MIKRO S1 KEPERAWATAN UPNVJ. Buka menu navigasi. Tutup saran Cari Cari. id Change Language Ubah Bahasa. close menu Bahasa. English; español; português; Deutsch; français;
A Definisi Zat Ergogenik Gizi 103 B. Jenis dan Kelompok Zat Ergogenik Gizi 104 Bab 8 GANGGUAN DAN PENYAKIT GIZI ATLET 109 A. Sport Anemia 110 B. Penyakit Gastritis 111 C. Gangguan Diare 112 D. Kelainan akibat suhu tinggi (Heat Stress/Stroke) 113 E. Demam 114 F. Hipertensi 115 G. Kelebihan berat badan/Obesitas 115
Biladikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh. 1. Memberi Energi Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar.
KEWx. ArticlePDF Available AbstractKeterlambatan pertumbuhan banyak terjadi di Indonesia terutama pada masa balita yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Malnutrisi yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah stunting. Stunting pendek merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis. Prevalensi balita stunting di Asia Tenggara tergolong tinggi yaitu sebesar 29,1 % di tahun 2007, sedangkan pada tahun 2013 di Indonesia berdasarkan Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI sebesar 35,6%. Dibandingkan dengan negara ASEAN, prevalensi stunting di Indonesia berada pada kelompok high prevalence. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting, selain faktor gizi saat balita maupun saat hamil dan penyakit infeksi masih terdapat faktor-faktor lainya. Penangan kasus stunting harus dilakukan sesegera mungkin agar kondisi tidak semakin buruk. Penanganan stunting dimulai dari penerapan hidup bersih sehingga terhindar dari penyakit infeksi lalu terapi pemeberian asupan gizi yang optimal salah satunya adalah zat gizi mikro atau mikronutrien. Terdapat beberapa zat gizi mikro yang dapat meningkatkan pertumbuhan linear pada anak seperti seng, vitamin A, zat besi dan kalsium. Zat gizi mikro dapat diberikan secara tunggal maupun multiple. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 138 PREVALENSI DAN ZAT GIZI MIKRO DALAM PENANGANAN STUNTING Revina Rifda Amelia1 1Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstract Prevalance and Micronutrients in Treatment of Stunting. Linear growth retardation is common in Indonesia, especially in toddlers due to poor nutrition. The most common malnutrition in Indonesia is stunting. Stunting short is a linear growth disorder caused by malnutrition in chronic nutrient intake. The prevalence of stunting toddlers in Southeast Asia is high at in 2007, while in 2013 in Indonesia based on the Director of Nutrition Development at the Ministry of Health of the Republic of Indonesia at Compared to ASEAN countries, the prevalence of stunting in Indonesia is in the high prevalence group. Many factors can cause stunting, other than nutritional factors during infancy and during pregnancy and infectious diseases there are still other factors. Management of stunting cases must be done quickly so that the condition doesn’t get worse. The management of stunting starts from applying healthy behaviors to avoid infectious diseases. then provide optimal nutrition one of which is a micronutrient. There are several micronutrients that can increase linear growth in children such as zinc, vitamin A, iron and calcium. Micronutrients can be given singly or multiple. Keywords nutrition, micronutrients, stunting Abstrak Prevalensi dan Zat Gizi Mikro dalam Penanganan Stunting. Keterlambatan pertumbuhan banyak terjadi di Indonesia terutama pada masa balita yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Malnutrisi yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah stunting. Stunting pendek merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis. Prevalensi balita stunting di Asia Tenggara tergolong tinggi yaitu sebesar 29,1 % di tahun 2007, sedangkan pada tahun 2013 di Indonesia berdasarkan Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI sebesar 35,6%. Dibandingkan dengan negara ASEAN, prevalensi stunting di Indonesia berada pada kelompok high prevalence. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting, selain faktor gizi saat balita maupun saat hamil dan penyakit infeksi masih terdapat faktor-faktor lainya. Penangan kasus stunting harus dilakukan sesegera mungkin agar kondisi tidak semakin buruk. Penanganan stunting dimulai dari penerapan hidup bersih sehingga terhindar dari penyakit infeksi lalu terapi pemeberian asupan gizi yang optimal salah satunya adalah zat gizi mikro atau mikronutrien. Terdapat beberapa zat gizi mikro yang dapat meningkatkan pertumbuhan linear pada anak seperti seng, vitamin A, zat besi dan kalsium. Zat gizi mikro dapat diberikan secara tunggal maupun multiple. Kata kunci gizi, stunting, zat gizi mikro PENDAHULUANKeterlambatan pertumbuhan sering dimulai dari masa didalam kandungan, namun paling sering terjadi pada periode pemberian makanan pendamping ASI yaitu pada masa balita Dewey & Huffman, 2009. Masa balita merupakan masa di mana proses terjadinya pekembangan dan pertumbuhan yang sangat cepat dan pada masa ini juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan penyakit. Pada masa ini maka balita Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 139 membutuhkan asupan gizi yang cukup dengan kualitas dan jumlah yang lebih banyak. Jika asupan gizi tidak terpenuhi maka pertumbuhan fisik dan intelektualitas akan mengalami gangguan Welasasih & Wirjatmadi, 2012. Balita yang kekurangan gizi sangat rentan mengalami stunting. Stunting pendek merupakan ganguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur TB/U kurang dari -2 SD. Keadaan ini membuat penderita tampak lebih pendek dibandingkan dengan orang-orang seusianya WHO, 2010. Stunting biasanya berawal dengan asupan ASI ditambah makanan pendamping yang tidak memenuhi persyaratan protein, asupan energi mungkin rendah, dan rendahnya zat gizi mikro, terutama kalsium, zat besi dan seng Campos et al., 2010. Vitamin A yang kurang, dan defisiensi niasin, riboflavin, tiamin, B6, B12, vitamin C, vitamin D, magnesium, fosfor, dan kalium telah dilaporkan juga merupakan penyebab terjadinya stunting Lander et al., 2009 dan Sari et al., 2016. Banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian stunting pada balita, penyebab langsung adalah kurangnya asupan energi dan zat gizi, serta penyakit infeksi Mugianti et al., 2018. Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental Unicef, 2013. Beberapa studi menunjukkan risiko yang diakibatkan stunting yaitu penurunan prestasi akademik, meningkatkan risiko obesitas lebih rentan terhadap penyakit tidak menular dan peningkatan risiko penyakit degenerative Picauly & Magdalena, 2013. Prevalensi balita stunting di Asia Tenggara tergolong tinggi yaitu sebesar 29,1 % di tahun 2007, sedangkan pada tahun 2013 di Indonesia berdasarkan Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI sebesar 35,6% Cobham et al., 2013. Diprediksi, jika hal tersebut berlangsung terus, maka 15 tahun kemudian, diperkirakan 450 juta anak-anak mengalami keterlambatan pertumbuhan stunting Bloem et al., 2013. Menurut data tersebut dapat dilihat peningkatan kasus stunting yang menandakan bahwa kasus ini harus mulai diperhatikan. METODE Pengumpulan artikel ilmiah penelitian sebelumnya untuk mendapatkan informasi dan membuat ringkasan berupa review artikel ilmiah. HASIL DAN PEMBAHASAN Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan growth faltering akibat akumulasi kekurangan nutrisi yang berlangsung mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan atau 1000 hari pertama kelahiran dan baru nampak saat anak berusia dua tahun MuchaN, 2012. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya tumbuh kejar catch up growth yang memadai Unicef, 2013. Indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi balita stunting adalah berdasarkan indeks Tinggi badan menurut umur TB/U menurut standar WHO child growth standart dengan kriteria stunting jika nilai z score TB/U positive effect of iron supplementation on any anthropometric variable weight-for-age, weight-for-height, height-for-age, mid upper-arm circumference, skinfold thickness, head circumference. Significant heterogeneity was evident, and its predictors included greater weight-for-age in supplemented children in malaria hyperendemic regions and greater weight-for-height for children above 5 years of age, but a negative effect on linear growth in developed countries and with supplementation for 6 months or longer. This review did not document a positive effect of iron supplementation on the physical growth of children. The identified predictors of heterogeneity should be considered as exploratory and requiring confirmation, not supplementation in young children learning from the new evidenceR J StoltzfusR HeidcampD KenkelStoltzfus RJ, Heidcamp R, Kenkel D, et al. 2010. Iron supplementation in young children learning from the new evidence. Food Nutr Bull 2010;28 faktor resiko dan pencegahannyaMayasari D SutartoR IndriyaniSutarto, Mayasari D, Indriyani R. 2018. Stunting, faktor resiko dan pencegahannya. Jurnal Agromedicine. 51540-545Stunting and obesity in childhood are assessment using longitudinal data from South AfricaI M TimaeusTimaeus, IM. 2012. Stunting and obesity in childhood are assessment using longitudinal data from South Africa, International Journal of Epidemiology;1-9 doi
100% found this document useful 2 votes3K views13 pagesDescriptionZAT GIZI MAKRO DAN MIKROCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes3K views13 pagesMakalah Zat Gizi Makro Dan Zat Gizi MikroJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
0% found this document useful 0 votes15 views24 pagesOriginal Title © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes15 views24 pagesMAKALAH Zat Gizi Makro Dan MikroOriginal Title to Page You are on page 1of 24 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 8 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 12 to 22 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
makalah zat gizi makro dan mikro pdf