đ Sejarah Perkembangan Tasawuf Dari Abad 1 Sampai 10
SekilasPerkembangan Tasawuf dan Tarekat di Indonesia. Posted by: Tim Menyansoft 24/11/2011 1 comments. Sarkub Share: Bismillâh ar-Rahman al-RahÎm. Segala puji Allah Tuhan sekalian alam. Dia tidak menyerupai apapun dari makhluk-Nya. Dia tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Dan siapapun dari makhluk-Nya selalu membutuhkan kepada-Nya.
Kajianhadis di Indonesia menurut sebagian besar peneliti dapat ditemukan sejak abad ke 17 dengan ditulisnya kitab-kitab hadis oleh Nur al-Din al-Raniri dan 'Abd al-Rauf al- Sinkili dengan adanya buku terjemahan hadis dari Bahasa Arab ke Bahasa Melayu oleh kedua ulama tersebut. Sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa perkembangan kajian hadis di Indonesia sebelum abad ke 20 belum sampai pada
Byragkahc on Wednesday, April 14, 2021. Sejarah Perkembangan Seni Dan Budaya Di Iran - Iran adalah negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski negara ini telah disebut Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935, Iran masih disebut Persia yang ada didunia bagaian Barat. Pada 1959, Seseorang yang bernama Mohammad Reza Shah
Makalahini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah Peradaban dan Dinamika Islam pada abad pertengahan. ⢠Kedua Orang Tua kami yang sudah memberikan dukungan baik dalam bentuk do'a maupun materi. ⢠Kepada Guru-guru yang memberikan bimbingan kepada kami. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.
Sebagaicontoh perkembangan islam di Indonesia sangat terkait dengan sejarah dan pemikiran tasawuf. Atau dengan kata lain, penyebaran islam di Nusantara tidak dapat dipisahkan dari tasawuf. Bahkan islam pertama yang dikenal di Nusantara ini sesungguhnya adalah islam yang disebarkan dengan pendekatan sufistik.
Kalaupada abad kelima hijriyah Imam Al-Ghazali telah mengembalikan citra ahli tasawuf di kalanagn umat islam, dengan mempertemukan ilamu zahir(ilmu syariat) dengan ilmu batin(ilmu tasawuf).dan berusaha memurnikannya deri unsur-unsur filsafat yang dinilainya membingungkan orang-orang islam, sehingga dapat dikatakan bahwa hanya ahli filsafat saja yang menjadi lawan polemik ulama syariat dan ulama tasawuf. Tetapi di abad keenam hijriyah ini, suasana kemelut antara ulama syariah dengan ulama
SyaikhAbd. Rauf bin Ali Fansur ini berhasil mengkombinasikan ajaran syariat Mazhab Syafi'i dengan ajaran tasawuf Orde Tarekat Syathariyah di Sumatera Barat. Tersebarnya tarekat Syathariyah mulai Aceh kemudian melewati Sumatera Barat, menyusur hingga ke Sumatera Selatan, dan berkembang pula hingga ke Cirebon Jawa Barat.
Kelahirantasawuf memiliki banyak fersi. Secara historis, yang pertama kali menggunakan istilah tasawuf adalah seorang zahid (acsetic) yang bernama Abu Hasyim Al-Kufi dari Irak (w.150 H). Ada anggapan bahwa lahirnya ilmu tasawwuf bukan bersamaan dengan lahirnya Islam, tetapi lahirnya tasawuf itu merupakan perpaduan dari bebagai ajaran agama.
Cecepalba, ma (rektor iailm suryalaya). Ringkasan buku terbaru (cahaya tasawuf) dr. Bukan hanya filsafat yang masih mengalami resistensi di dunia islam, tasawuf pun demikian. Ada yang melihat dari sisi sejarah kemunculannya, ada yang melihat dari sisi fenomenan sosial di abad klasik dan pertengahan.
BefwDB. SECARA historis tasawuf adalah pemandu perjalanan hidup umat manusia agar selamat dunia dan akhirat. Hal itu karena tasawuf menjadi salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Sejarah juga mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang baru muncul setelah masa sahabat dan tabiâin, tidak muncul pada masa Nabi Muhammad SAW. Karena pada masa nabi kondisinya tidak membutuhkan tasawuf. Perilaku umat pada masa itu sangat stabil. Selain itu, dari sudut pandang akal, jasmani, dan rohani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari budaya prakmatisme, materialisme, dan hedonisme. Tasawuf sebagai sebuah gerkan perlawanan terhadap budaya materialisme belum ada, bahkan tidak dibutuhkan. Nabi, para sahabat, dan para tabiâin pada hakikatnya sudah sufi. Mereka mempraktekkan selalu terhadap hal-hal yang tidak pernah mengagungkan kehidupanm dunia, tapi juga tidak meremehkannya. Selalu ingat kepada Allah sebagai sang khaliq. Setelah kekuasaan Islam makin meluas dan terjadi perubahan sejarah yang fenomenal paska nabi dan sahabat. Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin mapan mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani dan budaya hedonisme pun menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf sekitar abad ke 2 hijriyah. Gerakan tasawuf bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup. Menurut pengarang Kasaf al-Dzunnum, orang yang pertama kali dijuluki al-sufi adalah Abu Hasyim Al-sufi. Pada masa Rasulullah SAW Islam tidak mengenal aliran tasawuf, dan pada masa sahabat dan tabiâin generasi setelah sahabat mereka itu menuntut ilmu dari para sahabat. Kemudian datang setelah masa tabiâin suatu kaum yang mengaku zuhud yang berpakain shuff pakaian dari bulu domba. Maka karena pakaian inilah mereka mendapat julukan sebagai nama bagi mereka yaitu sufi dengan nama tarekatnnya tasawuf. Salah satu argumen yang mengatakan bahwa tasawuf sudah ada pada masa Rasulullah SAW adalah perilaku nabi yang sering melakukan tahannus di Gua Hiro sebelum turunnya wahyu. Pertapaan tersebut dilakukan rasul sebagai sebuah upaya untuk menenangkan jiwa, menyucikan diri sebagai persiapan untuk menerima sabda yang agung yaitu wahyu Al- Qurâan. Dalam proses itu rasul melakukan riyahah dengan bekal secukupnya, pakaian sederhana yang jauh dari kemewahan dunia. Setelah menjalani proses tersebut jiwa rasul telah mencapai tingkat spiritual yang benar-benar siap menerima wahyu dari Jibril. Memasuki abad ke tiga dan ke empat hijriyah tasawuf kembali menjalani babak baru. Pada masa ini tema yang di angkat para sufi lebih mendalam. Berawal dari perbincangan seputar akhlak dan pekerti, mereka mulai ramai membahas tentang hakikat Tuhan, esensi manusia serta hubungan antara keduanya dan dari sini muncul tema-tema semacam makrifat, fana, zauq. Dari realitas ini dapat disimpulkan bahwa tasawuf mulai menemukan identitasnya. Tasawuf mulai berkembang dan menjafi satu disiplin ilmu yang berbeda dengan fiqih, tafsir, hadits dan kalam. Memasuki abad ke 6 dan ke 7 hijriyah tasawuf kembali menemukan suatu bentuk pengalaman baru. Bersentuhan tasawuf dengan filsafat berhasil mencetak tasawuf menjadi lebih filosofis yang kemudian dikenal dengan istilah teosofi. Dari sinilah kemudian muncul 2 parian tasawuf, sunni dengan coraknya amali dan falsafi dengan corak iluminatifnya.
`Tasawuf merupakan salah satu ilmu yang selalu hangat diperbincangkan oleh para ilmuwan, bukan hanya muslim, melainkan bagi siapa saja yang mengkajinya. Menurut Ali Sami an Nasyar dalam bukunya yang berjudul Nasyâatul Fikri al Falsafi mengatakan bahwa pada mulanya tasawuf tidak bernama âtasawufâ, melainkan ia bernama âzuhudâ asketik, sederhana. Hingga, puncaknya tasawuf sempat dianggap sebagai ilmu yang menjadi âkambing hitamâ mundurnya peradaban Islam. Akan tetapi, anggapan ini tidak benar. Karena, filosof asal India yang bernama Muhammad Iqbal mengatakan bahwa penyebab kemunduran peradaban Islam bukan disebabkan oleh tasawuf/zuhud yang terkesan sebagai kelompok sederhana, akan tetapi karena umat muslim sendiri tidak mau melakukan inovasi dalam beragama sehingga terkesan statis, mandeg.`Belum afdhal rasanya jika hanya mengenal sesuatu secara tiba-tiba dan hanya sekejap saja. Oleh karenanya, penulis mencoba menjelaskan secara singkat mengenai perkembangan tasawuf ini. Saâid Aqil Siradj dalam disertasinya yang berjudul Shilat Allah bil Kaun fi al Tasawuf al Falsafi menguraikan beberapa pendapat mengenai ini, diantaranya Pertama, tasawuf merupakan sesuatu yang bermula dari kata shafaâ yang berarti jernih, bening. Hal ini ada benarnya jika menelisik tujuan daripada tasawuf itu sendiri, yaitu mensucikan menjernihkan jiwa dari segala penyakitnya, misal takabbur mengagungkan diri, riyaâ pamer, hasad dengki dan ilustrasi gambar Kedua, tasawuf bermula dari golongan yang disebut sebagai ahl al shuffah golongan yang tinggal di serambi masjid. Golongan ini telah ada sejak zaman nabi masih hidup. Dan, diantara tokoh yang terkenal dari golongan tersebut adalah Abu Dzar al Ghiffari yang hidupnya terkesan sangat sederhana dan kerap mensucikan jiwa di masjid. Ketiga, tasawuf bermula dari seseorang yang bernama al Ghauts ibn Murr yang pernah dijuluki oleh ibunya sendiri sebagai shufah bulu domba yang bertekstur lunak. Mengapa ia disebut seperti demikian? Karena, al Ghauts sendiri merupakan orang yang menghamba kepada Kaâbah disetiap hari dan sepanjang harinya. Dan, pada waktu matahari tepat diatas kepala, al Ghauts pun menjadi lunak yang disebabkan oleh panasnya sinar matahari tersebut.`Itulah beberapa pendapat mengenai asal-mula tasawuf. Perbedaan referensi, latar belakang, guru dan lain sebagainya adalah faktor yang dapat menyebabkan mereka berbeda. Ini menunjukkan, bahwa ternyata ilmu Allah begitu luas, bisa datang darimana saja, melalui jalan apa saja. Akan tetapi, yang perlu kita ambil hikmahnya dari berbagai pendapat mengenai asal-mula tasawuf adalah dari kesemua pendapat tersebut mempunyai pesan bahwa tasawuf merupakan ilmu yang penting kita kaji untuk menjernihkan jiwa kita. Karena, kejernihan jiwa akan mempengaruhi pola perilaku kita dalam kehidupan diatas merujuk kepada buku âShilat Allah bil Kaun fi al Tasawuf al Falsafiâ yang merupakan disertasi dari Saâid Aqil SiradjWallahu aâ Aditama
â Tasawuf merupakan perwujudan dari salah satu ketiga pilar syariâat tersebut, yakni Ihsan. Tasawuf adalah bagian dari syariâat Islam, atau dengan kata lain bahwa Syariâat Islam juga memuat ajaran tentang tasawuf. Dengan ini, maka mendeiskrditkan tasawuf atau kajian atasnya merupakan hal yang kurang benar, sebab mereka dalam syariâat Islam menduduki porsi dan posisi yang sama dengan kedua pilar Islam lainnya. Namun yang ironis, dalam realitanya penganaktirian tersebut terjadi, baik dengan memberikan stereotip negative terhadapnya maupun meninggalkan kajian mendalam atasnya. Mereka lebih suka dan nyaman mengkaji fiqih Islam dan kalam atau tauhid Iman. Istilah tasawuf tidak dikenal pada masa kehidupan Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Istilah itu baru muncul ketika Abu Hasyim al- Kufy w. 250 H meletakkan kata al-Sufi dibelakang namannya pada abad ke 3 Hijriyah. Menurut Nicholson, sebagaimana yang dikutip oleh Amin Syukur, sebelum Abu Hasyim al-Kufy telah ada ahli yang mendahuluinya dalam zuhud, tawakkal, dan dalam mahabbah, namun mereka tidak menggunakan atau mencantumkan kata al-sufi. Jadi tetap Abu Hasyim orang yang pertama memunculkan istilah itu. Sejarah Masa Pembentukan Tasawuf Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa pada masa awal Islam [nabi dan khulafaur Rasyidin] istilah tasawuf belum dikenal. Meski demikian, bukan berarti praktek seperti puasa, zuhud, dan senadanya tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan perilaku Abdullah ibn Umar yang banyak melakukan puasa sepanjang hari dan shalat atau membaca al-Qurâan di malam harinya. Sahabat lain yang terkenal dengan hal itu antara lain Abu al-Darda, Abu Dzar al-Ghiffari, Bahlul ibn Zaubaid, dan Kahmas al-Hilali. Pada paruh kedua Abad ke-1 Hijriyah, muncul nama Hasan Basri 642-728M, seorang tokoh zahid pertama dan termasyhur dalam sejarah tasawuf. Hasan Basri tampil pertama dengan mengajarkan ajaran khauf takut dan rajaâ berharap, setelah itu diikuti oleh beberapa guru yang mengadakan gerakan pembaharuan hidup kerohaniahan dikalangan muslimin. Ajaran-ajaran yang muncul pada abad ini yakni khauf, rajaâ, juâ sedikit makan, sedikit bicara, sedikit tidur, zuhud menjauhi dunia khalwat menyepi, shalat sunnah sepanjang malam dan puasa disiang harinya, menahan nafsu, kesederhanaan, memperbanyak membaca al- Qurâan dan lain-lainnya. Para zahid ketika ini sangat kuat memegang dimensi eksteral Islam Syariâah dan pada waktu yang sama juga menghidupkan dimensi internal Bathiniyyah. Kemudian pada abad II Hijriyah, muncul zahid perempuan dari Basrah-Irak Rabiâah al-Adawiyah w. 801M/185 H. Dia memunculkan ajaran cinta kepada Tuhan Hubb al-Ilah. Dengan ajaran ini dia menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah Swt tanpa atau menghilangan harapan imbalan atas surga dan karena takut atas ancaman neraka. Pada abad ini tasawuf tidak banyak berbeda dengan abad sebelumnya, yakni bercorak kezuhudan. Meski demikian, pada abad ini juga mulai muncul beberapa istilah pelik yang antara lain adalah kebersihan jiwa, kemurnian hati, hidup ikhlas, menolak pemberian orang, bekerja mencari makan dengan usaha sendiri, berdiam diri, melakukan safar, memperbanyak dzikir dan riyadlah. Tokoh yang mempernalkan istilah ini antara lain Ali Syaqiq al-Balkhy, Maâruf al- Karkhy dan Ibrahim ibn Adham. Sejarah Masa Pengembangan Tasawuf Masa pengembangan ini terjadi pada kurun antara abad ke-III dan ke-IV H. Pada kurun ini muncul dua tokoh terkemuka, yakni Abu Yazid al-Bushthami H. dan Abu Mansur al-Hallaj w. 309 H.. Abu Yazid berasal dari Persia, dia memunculkan ajaran fanaâ lebur atau hancurnya perasaan, Liqaâ bertemu dengan Allah Swt dan Wahdah al-Wujud kesatuan wujud atau bersatunya hamba dengan Allah Swt. Sementara Al-Hallaj menampilkan teori Hulul inkarnasi Tuhan, Nur Muhammad dan Wahdat al-Adyan kesatuan agma- agama. Selain itu, para sufi lainnya pada kurun waktu ini juga membicarakan tentang Wahdat al-Syuhud kesatuan penyaksian, Ittishal berhubungan dengan Tuhan, flamal wa Kamal keindahan dan kesempurnaan Tuhan, dan Insan al-kamil manusia sempurna. Mereka mengatakan bahwa kesemuanya itu tidak akan dapat diperoleh tanpa melakukan latihan yang teratur Riyadhah. Selain munculnya tasawuf yang cenderung pada syathahiyat, sejenis ungkapan-ungkapan ganjil atau ekstatik, dan semi-falsafi yang dimandegani oleh dua tokoh di atas, pada kurun ini juga mulai muncul gerakan banding yang dimandegani oleh Syeikh Junaid al- Baghdadi. Dia memagari ajaran-ajaran tasawufnya dengan al-Qurâan dan al-Hadis dengan ketat dan mulai meletakkan dasar-dasar thariqah, cara belajar dan mengajar tasawuf, syeikh, mursyid, murid dan murad. Dengan kata lain, pada kurun ini muncul dua madzhab yang saling bertentangan, yakni madzhab tasawuf Sunni al-Junaid dan madzhab Tasawuf semi-Falsafi Abu Yazid dan al-Hallaj. Perlu diketahui pula bahwa pada kurun ini tasawuf mencapai peringkat tertinggi dan jernih serta memunculkan tokoh-tokoh terkemuka yang menjadi panutan para sufi setelahnya. Masa Konsolidasi Tasawuf Masa yang berjalan pada kurun abad V M. ini sebenarnya kelanjutan dari pertarungan dua madzhab pada kurun sebelumnya. Pada kurun ini pertarungan dimenangkan oleh madzhab tasawuf Sunni dan madzhab saingannya tenggelam. Madzhab tasawuf Sunni mengalami kegemilangan ini dipengaruhi oleh kemenangan madzhab teologi Ahl Sunnah wa al-flamaâah yang dipelopori oleh Abu Hasan al- Asyâari w. 324 H. Dia melakukan kritik pedas terhadap teori Abu Yazid dan al-Hallaj sebagaimana yang tertuang dalam syathahiyat mereka yang dia anggap melenceng dari kaidah dan akidah Islam. Singkatnya, kurun ini merupakan kurun pemantapan dan pengembalian tasawuf ke landasan awalnya, al-Qurâan dan al-Hadis. Tokoh-tokoh yang menjadi panglima madzhab ini antara lain Al- Qusyairi 376-465 H, Al-Harawi w. 396 H, dan Al-Ghazali 450- 505H. Al-Qusyairi adalah sufi pembela teologi Ahlu Sunnah dan mampu mengompromikan syariâah dan hakikah. Dia mengkritik dua hal dari para sufi madzhab semi-falsafi, yakni syathahiyat dan cara berpakaian yang menyerupai orang miskin padahal tindakan mereka bertentangan dengannya. Menurut al-Qusyairi kesehatan batin dengan memegang teguh ajaran al-Qurâan dan al-Hadis lebih penting dripada pakaian lahiriyah. Tokoh kedua ialah Al-Harawi. Dia bermadzhab Hanabilah, maka tidak heran jika dia bersikap tegas dan tandas terhadap tasawuf yang dianggap menyeleweng. Hal yang dikritik oleh Al-Harawi atas ajaran tasawuf semi-falsafi adalah ajaran fanaâ yang dimaknai sebagai kehancuran wujud sesuatu yang selain Allah Swt. Kemudian dia memberikan pemaknaan baru atas fanaâ tersebut dengan ketidaksadaran atas segala sesuatu selain yang disaksikan, Allah Swt. Selain itu, Al- Harawi juga mengkritik syathahiyat. Terkait ini dia menyatakan bahwa syathahiyat hanya muncul dari hati seseorang yang tidak tentram atau ketidaktenangan. Kemudian tokoh yang terakhir ialah Al-Ghazali. Dia merupakan tokoh pembela teologi sunni terbesar, bahkan lebih besar dibanding sang pendirinya, Abu Hasan Al-Asyâari. Al-Ghazali menjauhkan ajaran tasawufnya dari gnostis sebagaimana yang mempengaruhi para filosog muslim, sekte Ismaâiliyah, Syiâah, Ikhwan Shafa dan lain-lain. Ia juga menolak konsep ketuhanan Aristoteles, yakni emanasi dan penyatuan. Terkait teori kesatuan, al-Ghazali menyodorkan teori baru tentang maârifat dalam taqarrub ila Allah, tanpa diikuti penyatuan dengan-Nya. Sejarah Masa Tasawuf Falsafi Pada masa abad VI dan VII H ini muncul dua hal penting yakni; Pertama, kebangkitan kembali tasawuf semi-falsafi yang setelah bersinggungan dengan filsafat maka muncul menjadi tasawuf falasafi, dan kedua, munculnya orde-orde dalam tasawuf thariqah. Tokoh utama madzhab tasawuf falasafi antara lain ialah Ibnu Arabi dengan wahdat al-Wujud, Shuhrawardi dengan teori Isyraqiyyah, Ibn Sabiân dengan teori Ittihad, Ibn Faridh dengan teori cinta, fanaâ dan Wahdat al-Syuhud-nya. Sementara orde-orde tasawuf yang muncul pada kurun ini terutama pada abad ke VII H antara lain 1 Tarekat Qadiriyyah, didirikan oleh Abd al-Qadir Jailani w. 1166 M. dan berpusat di Baghdad. 2 Tarekat Naqshabandiyah, didirikan oleh Muhammad ibn Bahaâ al-Din H. dan didirikan di Asia Tengah. 3 Tarekat Maulawiyah Rumiyah, didirikan oleh Jalal al-Din Rumi w. 1273 M, Persia. 4 Tarekat Bekhtasyiyah, didirikan oleh al- Bekhtasyi, Turki. 5 Tarekat Tijaniyah, oleh al-Tijani pada tahun 1781 M di Fez Maroko. 6 Tarekat Daraquiyah, oleh Maulana Arabi Darqawi w. 1823 M. di Fez-Maroko. 7 Tarekat Khalwatiyah, didirikan di Persia pada abad 13 M. 8 Tarekat Suhrawardiyah, oleh Suhrawardi al-Maqthul di Irak. 9 Tarekat Rifaâiyah, oleh al-Rifaâi w. 1187 M di Irak. 10 Tarekat Sadziliyah, oleh al-Sadzili w. 1258 M. di Tunis. 11 Tarekat Khishtiyah, oleh Muâin al-Din Chisthi di Ajmer- India. 12 Tarekat Sanusiyah, oleh al-Sanusi w. 18377 M di Libya. 13 Ttarekat Niâmatulahiyah, didirikan di Persia dan kemudian di India Ismaâiliyyah. 14 Tarekat Ahmadiyah, oleh Ahmad al-Badawi w. 1276 M. di Mesir dengan pusat di Tanta. Masa Pemurnian Menurut Arberry sebagaimana dikutip Amin Syukur, pada Ibn âArabi, Ibn Faridh, dan ar-Rumi adalah masa keemasan gerakan tasawuf baik secara teoritis maupun praktis. Pengaruh dan praktek- praktek tasawuf tersebar luas melalui tarekat-tarekat. Bahkan para sultan dan pangeran tidak segan-segan lagi mengeluarkan perlindungan dan kesetiaan pribadi kepada mereka. Meski demikian, lama kelamaan timbul penyelewengan-penyelewengan dan skandal-skandal yang berakhir pada penghancuran citra baik tasawuf itu sendiri. Singkatnya, pada waktu itu tasawuf dihinggapi ,menurut pandangan Arberry, bidâah, khurafat, klenik, pengabaian Syariâat, hokum-hukum moral, dan penghinaan ilmu pengetahuan. Dengan fenomena di atas, munculah Ibn Taimiyah yang dengan lantang menyerang ajaran-ajaran yang dia anggap menyeleweng tersebut. dia ingin mengembalikan kembali tasawuf kepada sumber ajaran Islam, al-Qurâan dan al-Hadis. Hal yang dikritik Ibn Taimiyah antara lain ajaran Ittihad, hulul, wahdat al-Wujud, pengkultusan wali dan lain-lain yang dia anggap bidâah, khurafat, dan takhayyul. Dia masih memberikan toleransi atas ajaran fanaâ, namun dengan pamaknaan yang berbeda. Dia membagi fanaâ menjadi tiga bagian, yakni 1 fanaâ Ibadah, lebur dalam ibadah, 2 fanaâ syuhud al-Qalb, fanaâ pandangan batil, dan 3 fanaâ wujud mas Siwa Allah, fanaâ wujud selain Allah. Menurutnya, fanaâ yang masih sesuai dengan ajaran Islam ialah jenis fanaâ yang pertama dan kedua, sementara jenis fanaâ yang ketiga sudah menyeleweng dan pelakunya dihukumi kafir, sebab ajaran tersebut beranggapan bahwa wujud Khaliqâ adalah wujud Makhluq. Kemudian, secara garis besar, ajaran tasawuf Ibn Taimiyah tidak lain ialah melakukan apa yang pernah diajarkan oleh Rasulullah Saw, yakni menghayati ajaran Islam, tanpa mengikuti madzhab tarekat tertentu, dan tetap melibatkan diri dalam kegiatan social sebagaimana kalayak umum. Baca juga Sejarah Tasawuf di Indonesia Demikian penjelasan tentang sejarah tasawuf. Semoga menabah wawasan saudara, aminâŚ.
sejarah perkembangan tasawuf dari abad 1 sampai 10